Cirebon, sebuah kota yang kaya akan warisan sejarah dan budaya serta memiliki julukan “Kota Udang” dan “Kota Wali” ini, telah menunjukkan kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, banyak yang mulai membayangkan masa depannya sebagai sebuah kota metropolitan yang berkilauan seperti Jakarta.
Salah satu langkah yang dapat mengubah citra Cirebon adalah dengan memiliki stadion yang memenuhi standar internasional, seperti stadion bertaraf FIFA. Dan impian ini dapat terwujud jika pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) menang dalam pemilihan Presiden 2024.
Pentingnya stadion bertaraf FIFA bagi perkembangan sebuah kota menjadi hal yang signifikan, tidak hanya dalam ranah olahraga tetapi juga dalam aspek ekonomi dan sosial. Stadion dengan standar internasional membawa dampak positif yang luas bagi suatu daerah.
Anies Baswedan telah membuktikan kemampuannya dalam membangun stadion internasional di Jakarta yaitu Jakarta International Stadium (JIS) sehingga dapat membawa perubahan serupa untuk Stadion Bima Cirebon.
Sebagai salah satu dari 40 kota yang akan dinaikkan levelnya, Cirebon memiliki potensi besar untuk menjadi kota metropolitan yang maju dan berpengaruh jika memiliki stadion bertaraf FIFA. Langkah ini bukan hanya tentang olahraga tetapi tentang transformasi kota dan meningkatkan kualitas hidup penduduknya.
Dampak Transformasional dari Stadion Standar FIFA
Banyak orang mengetahui bahwa Stadion Bima terletak di wilayah Cirebon. Stadion Bima adalah hasil dari pembangunan oleh Pertamina, terletak di daerah Sunyaragi, Cirebon. Dalam perjalanannya, stadion ini digunakan sebagai kandang bagi PSIT (Cirebon). Selain itu, Stadion Bima juga pernah menjadi home base bagi klub Bintang Timur (Cirebon). Bintang Timur sebelumnya merupakan klub Galatama dari Jakarta yang menggunakan Stadion Bima sebagai kandangnya. Tidak hanya itu, Mataram Indocement (Yogyakarta) pernah pula beralih ke Cirebon dengan nama Mataram Indocement (divisi utama) dan Indocement (divisi I) sebelum akhirnya pindah ke Jakarta Timur (Stadion Bea Cukai).
Pada pembukaan Stadion Bima, yang juga dikenal sebagai Stadion Pertamina, pada bulan November 1974, pertandingan antara Osters (Swedia) dan Pertamina diadakan untuk memeriahkannya. Skor akhir pertandingan tersebut adalah 3-2, dengan kemenangan dari klub Swedia tersebut.
Stadion Bima Cirebon merupakan sebuah stadion yang memiliki sejarah panjang sebagai tempat pertandingan olahraga, khususnya sepak bola, dan acara-acara besar di Kota Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Jika AMIN menang pilpres 2024, maka akan mengubah Stadion Bima Cirebon menjadi stadion standar FIFA karena memiliki sejumlah keuntungan yang dapat memberikan dampak positif, baik secara lokal maupun secara lebih luas:
Visi Metropolitan dan Revitalisasi Infrastruktur:
Selain memiliki Stadion standar FIFA, transformasi Cirebon menjadi kota metropolitan sejajar dengan Jakarta membutuhkan peningkatan infrastruktur yang signifikan. Jaringan transportasi efisien seperti kereta cepat, pengembangan bandara, dan fasilitas umum menjadi prioritas utama untuk mendukung mobilitas penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat menjadi kunci transformasi Cirebon. Fokus AMIN dalam memperkuat investasi di sektor industri, teknologi, dan pariwisata dapat membuka peluang kerja baru dan merangsang aktivitas ekonomi yang lebih tinggi.
Selain itu, peningkatan fasilitas pendidikan dan kesehatan akan menjamin pertumbuhan berkelanjutan dengan menciptakan sumber daya manusia yang terampil dan sehat, mendukung perkembangan ekonomi yang lebih baik.
Pembangunan Berkelanjutan dan Keterlibatan Masyarakat:
Pendekatan berkelanjutan yang ramah lingkungan dalam pengembangan perkotaan, termasuk manajemen limbah, penghijauan kota, dan penggunaan energi terbarukan, menjadi kunci dalam rencana transformasi AMIN.
Perencanaan kota yang efektif, perumahan yang terjangkau, dan ruang terbuka yang memadai akan menjamin keseimbangan antara perkembangan kota dan kebutuhan penduduk.
Keterlibatan aktif masyarakat dalam semua tahapan perencanaan dan pelaksanaan akan memastikan pemenuhan kebutuhan warga serta memberikan rasa kepemilikan yang kuat terhadap kemajuan kota.
Meskipun menjadi kota sebesar Jakarta adalah tantangan yang besar, bukan berarti Cirebon tidak dapat berkembang secara signifikan. Jika dibandingkan dengan membangun Kota Metropolitan baru yang membutuhkan investasi besar untuk membangun semua infrastruktur dari nol serta proses membangun kota dari awal membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai status kota metropolitan.
Meningkatkan level kota Cirebon dengan memanfaatkan infrastruktur, sejarah, dan sumber daya yang telah ada, memungkinkan perkembangan kota tidak membutuhkan anggaran yang besar, sambil mempertahankan identitas dan karakteristik uniknya.
Dengan kebijakan yang tepat, investasi yang cerdas, serta komitmen dari semua pihak terkait, Cirebon memiliki potensi untuk menjadi pusat ekonomi regional yang kuat dan menarik lebih banyak investasi serta kesempatan bagi penduduknya.